Hospital Storylist

Masih Hari ke-2

Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter tadi, aku berdoa terus menerus dalam hatiku. Semoga tidak harus di rujuk ke rs lain. 

Tak berapa lama aku dipanggil ke nurse station. Disana seorang perawat memberiku sebuah kertas kecil dan memintaku untuk pergi ke PMI (Palang Merah Indonesia) yang bangunannya berada di seberang rs ini. Aku diminta untuk menanyakam ketersediaan stok darah A+. 

Aku langsung optimis, ini berarti kakak akan bisa operasi besok. Aku segera menuju kantor PMI dan menyerahkan kertas kecil dari perawat tadi. Aku menunggu sebentar saat petugas PMI mengecek ketersediaan darah. 

Hanya beberapa saat petugas PMI tersebut kemudian memberitahukan padaku bahwa stok darah A+ aman sehingga kalau besok mau dipakai bisa langsung diambil ke PMI. 

Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan. Aku kembali ke rs dengan membawa kartu tanda anggota PMI atas nama kakak. Kemudian langsung memberitahuan kepada perawat yang tadi memintaku untuk ke PMI bahwa stok darah A+ aman dan jika diperlukan besok bisa langsung diambil.

Selesai maghrib, seorang perawat kembali masuk ke kamar kami dan mengatakan kalau kakak harus berpuasa mulai jam 12 malam ini karena besok akan menjalankan operasi. 

Alhamdulillah, kuberitahukan kabar ini kepada suamiku. Mendengar kabar ini suamiku pun langsung berucap syukur.

Kamis, jam 6 pagi.
Masih seperti hari kemarin. Pagi di rs disambut dengan suara para petugas kebersihan yang sudah memulai aktifitasnya. 

Aku membangunkan kakak, menyuruhnya bersih-bersih dan bersiap menanti giliran masuk ke ruang operasi. 

Jam setengah dua belas kk dibawa ke ruang operasi, aku menunggu di luar. Selain aku banyak juga orang yang menunggu di depan ruang operasi ini.

Pukul 11:40 seorang perempuan keluar dari ruang operasi.

"Orang tuanya Aisya," serunya.
Aku segera menghampirinya.

"Ibu, aisya sudah mulai operasinya sejak dua puluh menit yang lalu. Saya mau memberitahukan kalau Aisya akan diberikan 7 kali suntikan anestesi dan operasi akan berlangsung sekitar 2 jam." Katanya.

"Ohya, saya dokter anestesi ya Bu," Lanjutnya lagi.
"Anestesinya akan diberikan bertahap Bu. Nah, saya mau memberikan resep ini, minta tolong Ibu tebus di apotek xxx ya," Beliau menyebutnya nama sebuah apotek.

" Obatnya hanya ada di apotek ini Bu, saya perlu 4 ampul. Obat ini nantinya akan saya pakai untuk membangunkan aisya setelah operasi selesai."

"Sebenarnya bisa saja tidak pakai obat ini Bu, tapi aisya akan lama sadarnya. Mungkin 2 - 2,5 jam baru bisa sadar. Tapi kalau pakai obat ini, aisya akan segera sadar setelah disuntikkan." Kata beliau panjang lebar.

" Baik Dok," kataku. 
" Ohya Bu, obat ini harganya sekitar rp 60.000/ampul dan ngga ditanggung bpjs ya Bu," katanya lagi.

Aku mengangguk.

Setelah itu beliau mengatakan padaku agar memencet bel yang ada di pintu ruang operasi jika obatnya sudah siap dan masuk kembali ke ruang operasi.

Aku menelpon suami dan mengatakan padanya sesuai apa yang dokter anestesi katakan.
" Oke, tunggu sebentar, Abang langsung kesitu,"

10 menit kemudian suamiku datang dan mengantarku ke apotek yang dimaksud. Aku langsung membeli obat anestesinya yang ternyata harganya rp 80.000/ampul. Setelah itu suamiku mengantarkanku kembali ke rs.

Aku menuju ruang operasi dan langsung memencet bel. Seorang laki-laki muda berbaju hijau memakai nurse cap dan masker keluar. Kuserahkan obat yang tadi kubeli. 
"Obat untuk aisya ya Mas," kataku.
"Baik Bu, terima kasih." Jawabnya.

Aku kembali duduk di jejeran kursi yang ada di depan pintu operasi. Di sebelahku duduk seorang ibu dan kami akhirnya saling membagi cerita. Ibu ini sedang mengantarkan anaknya yang juga operasi kakinya. 

Waktu berlalu. Sudah ada beberapa pasien yang keluar masuk dari dan ke ruang operasi sedangkan aku masih menunggu. 

Pukul 14:20 dua orang perawat membawa brankar kosong dan langsung masuk ke ruang operasi. Tak lama kemudian mereka keluar lagi dan menyapaku.
"Ayo Bu, aisya sudah selesai operasi."
Aku kaget dan langsung bangkit dari duduk.
Ku iringi kedua perawat yang mendorong brankar menuju ke ruang bougenvile. Kulihat sekilas aisya yang sudah mulai tersadar. 
"Kakak sudah sadar?" Tanyaku
Aisya membalas pertanyaanku dengan tersenyum kemudian dia kembali menutup matanya.

Benar kata dokter anestesi tadi kalau aisya bisa langsung sadar walaupun mungkin belum sepenuhnya tersadar.

Alhamdulillah, ucapku dalam hati.

**Bersambung**


Komentar

Postingan Populer